Teknoiot - Eks Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, kerap mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tak terkecuali ketika Jokowi menemui para relawannya di Silaturahmi Akbar Gerakan Nusantara Bersatu pada Sabtu (26/11/2022).
Apalagi karena Jokowi diduga memberi dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Rizal menilai Ganjar tak ubahnya Jokowi jilid dua, bahkan diduga dijuluki sebagai Pangeran TikTok.
Bagi Rizal, Jokowi tidak punya pengaruh besar untuk menentukan peta politik nasional. Bahkan "Jokowi effect" yang seolah diharapkan oleh para kandidat bakal calon presiden, bagi Rizal, hanyalah omong kosong.
Ganjar Pangeran Tik Tok disebut Rizal Ramli dalam Channel Youtube Total Politik. Rambut putih gemar main Tik Tok. (kata logika)
Topik inilah yang dibahas Rizal di kanal YouTube Total Politik. Di hadapan politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan, Rizal mengklaim ada orang-orang di belakang Jokowi yang sampai membayar 9 lembaga survei untuk merekayasa popularitas dan elektabilitasnya.
"Aku tahu, Panda juga tahu persis, Mbak Mega sampai last minute sama Mas Taufiq (Taufiq Kiemas) nggak mau kok (dukung) Jokowi. Pada waktu mau jadi gubernur kan maunya Foke, tapi ya popularitasnya (Jokowi) tinggi sekali nggak bisa dilawan," tutur Rizal, dikutip Suara Manado pada Selasa (29/11/2022).
Pernyataan Rizal ini merujuk pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, di mana PDIP akhirnya mengusung Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
"Termasuk waktu Presiden, karena Mbak Mega kan masih mau (maju) sampai last minute. Datanglah 9 perusahaan polling berbayar, yang pertama bilang sama Mega dan Taufiq, 'Mega, mohon maaf, kalau Ibu yang maju, kalah. Tapi kalau PDIP dukung Jokowi pasti menang jadi presiden. Yang kedua ada bonus 'Jokowi bonus', PDIP akan nambah ke 33%'," jelas Rizal.
Bujuk rayu semacam ini tidak hanya datang dari satu lembaga survei. "Lama-lama Mega sama Taufiq (akibat imbauan) 9 perusahaan polling tadi, akhirnya goyang, dia bergeser," ujar Rizal.
"Tapi apa yang terjadi? 2014 Jokowi betul terpilih, tapi PDIP hanya naik 16,5% ke 18,5%. Kagak ada Jokowi effect dan lain-lain. Poinnya adalah Jokowi berani main-main gini," tuturnya menambahkan.
Rizal lantas mencontohkan dengan wacana Jokowi mendukung Ahok di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Bahkan Kapolri saat itu, Tito Karnavian, disebut sampai mendatangi Rizal supaya mengimbau Jokowi agar tidak mendukung Ahok.
Rizal menyebut saat itu popularitas Ahok juga tergolong baik, tetapi merupakan hasil polesan dari lembaga-lembaga survei yang telah dibayar pihak di belakang Jokowi.
"Perusahaan polling yang naikin nama Ahok, Abang yang bayar semua. Terus Abang percaya hasilnya? Mohon maaf Bang, Ahok kalah," kata Rizal diduga saat berhubungan dengan Luhut Binsar Pandjaitan yang disebut memobilisasi orang-orang di sekitarnya untuk mengampanyekan Ahok.
Prediksi Rizal terbukti, sebab nyatanya Ahok kalah dari Anies Baswedan. Menurut Rizal, pola memoles elektabilitas dan popularitas dengan perusahaan polling berbayar ini yang kembali diulangi oleh Ganjar.
"Itulah perusahaan polling di Indonesia, penipuan berbayar. Nah ini diulangi lagi sama Ganjar, dia sewa lagi perusahaan polling, sewa lagi media berbayar, kelihatannya hebat banget," terang Rizal.
"Tapi masalah Indonesia ini kan terlalu kompleks, kita butuh orang-orang yang mengerti masalah, amanah, punya integritas buat nyelesaikan masalah, bukan Pangeran TikTok," pungkasnya.
Apalagi karena Jokowi diduga memberi dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Rizal menilai Ganjar tak ubahnya Jokowi jilid dua, bahkan diduga dijuluki sebagai Pangeran TikTok.
Bagi Rizal, Jokowi tidak punya pengaruh besar untuk menentukan peta politik nasional. Bahkan "Jokowi effect" yang seolah diharapkan oleh para kandidat bakal calon presiden, bagi Rizal, hanyalah omong kosong.
Ganjar Pangeran Tik Tok disebut Rizal Ramli dalam Channel Youtube Total Politik. Rambut putih gemar main Tik Tok. (kata logika)
Topik inilah yang dibahas Rizal di kanal YouTube Total Politik. Di hadapan politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan, Rizal mengklaim ada orang-orang di belakang Jokowi yang sampai membayar 9 lembaga survei untuk merekayasa popularitas dan elektabilitasnya.
"Aku tahu, Panda juga tahu persis, Mbak Mega sampai last minute sama Mas Taufiq (Taufiq Kiemas) nggak mau kok (dukung) Jokowi. Pada waktu mau jadi gubernur kan maunya Foke, tapi ya popularitasnya (Jokowi) tinggi sekali nggak bisa dilawan," tutur Rizal, dikutip Suara Manado pada Selasa (29/11/2022).
Pernyataan Rizal ini merujuk pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, di mana PDIP akhirnya mengusung Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
"Termasuk waktu Presiden, karena Mbak Mega kan masih mau (maju) sampai last minute. Datanglah 9 perusahaan polling berbayar, yang pertama bilang sama Mega dan Taufiq, 'Mega, mohon maaf, kalau Ibu yang maju, kalah. Tapi kalau PDIP dukung Jokowi pasti menang jadi presiden. Yang kedua ada bonus 'Jokowi bonus', PDIP akan nambah ke 33%'," jelas Rizal.
Bujuk rayu semacam ini tidak hanya datang dari satu lembaga survei. "Lama-lama Mega sama Taufiq (akibat imbauan) 9 perusahaan polling tadi, akhirnya goyang, dia bergeser," ujar Rizal.
"Tapi apa yang terjadi? 2014 Jokowi betul terpilih, tapi PDIP hanya naik 16,5% ke 18,5%. Kagak ada Jokowi effect dan lain-lain. Poinnya adalah Jokowi berani main-main gini," tuturnya menambahkan.
Rizal lantas mencontohkan dengan wacana Jokowi mendukung Ahok di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Bahkan Kapolri saat itu, Tito Karnavian, disebut sampai mendatangi Rizal supaya mengimbau Jokowi agar tidak mendukung Ahok.
Rizal menyebut saat itu popularitas Ahok juga tergolong baik, tetapi merupakan hasil polesan dari lembaga-lembaga survei yang telah dibayar pihak di belakang Jokowi.
"Perusahaan polling yang naikin nama Ahok, Abang yang bayar semua. Terus Abang percaya hasilnya? Mohon maaf Bang, Ahok kalah," kata Rizal diduga saat berhubungan dengan Luhut Binsar Pandjaitan yang disebut memobilisasi orang-orang di sekitarnya untuk mengampanyekan Ahok.
Prediksi Rizal terbukti, sebab nyatanya Ahok kalah dari Anies Baswedan. Menurut Rizal, pola memoles elektabilitas dan popularitas dengan perusahaan polling berbayar ini yang kembali diulangi oleh Ganjar.
"Itulah perusahaan polling di Indonesia, penipuan berbayar. Nah ini diulangi lagi sama Ganjar, dia sewa lagi perusahaan polling, sewa lagi media berbayar, kelihatannya hebat banget," terang Rizal.
"Tapi masalah Indonesia ini kan terlalu kompleks, kita butuh orang-orang yang mengerti masalah, amanah, punya integritas buat nyelesaikan masalah, bukan Pangeran TikTok," pungkasnya.
Ref: Suara