Teknoiot - Partai Nasdem menegur akun Twitter @NUgarislucu karena mengunggah potongan video pidato Anies Baswedan secara sepotong saja.
Sebagai jawabannya, bakal calon presiden (bacapres) ini lalu mengunggah video berdurasi lebih panjang yang berisikan konteks lengkap ucapannya di akun Twitternya @aniesbaswedan.
"Cek video lengkapnya dulu yuk, Min @NUgarislucu. Sampaikan kebenaran walaupun itu kurang lucu," cuitan Anies.
Sebelumnya, tersebar video saat Anies berbicara soal batik saat bersafari di Universitas Muslim Indonesia (UMI). Video itu kemudian viral setelah dipotong.
Pada potongan video, Anies menyebut kain batik merupakan pakaian yang digunakan untuk bagian bawah atau sarung, bukan sebagai baju.
"Batik itu dipakainya untuk sarung, tidak ada batik untuk baju," kata Anies dalam potongan video yang diunggah akun Twitter @NUgarislucu.
Hal itu merupakan 'pelanggaran' karena tidak menjalankan pakem sebelumnya. Namun dari kesalahan itu, baju batik menjadi pakaian identitas Indonesia.
"Pelanggaran itu sekarang jadi kebiasaan baru," sebut Anies.
Sebagai jawabannya, bakal calon presiden (bacapres) ini lalu mengunggah video berdurasi lebih panjang yang berisikan konteks lengkap ucapannya di akun Twitternya @aniesbaswedan.
"Cek video lengkapnya dulu yuk, Min @NUgarislucu. Sampaikan kebenaran walaupun itu kurang lucu," cuitan Anies.
Anies Baswedan saat memimpin rapat dengan jajaran pemda DKI |
Sebelumnya, tersebar video saat Anies berbicara soal batik saat bersafari di Universitas Muslim Indonesia (UMI). Video itu kemudian viral setelah dipotong.
Pada potongan video, Anies menyebut kain batik merupakan pakaian yang digunakan untuk bagian bawah atau sarung, bukan sebagai baju.
"Batik itu dipakainya untuk sarung, tidak ada batik untuk baju," kata Anies dalam potongan video yang diunggah akun Twitter @NUgarislucu.
Hal itu merupakan 'pelanggaran' karena tidak menjalankan pakem sebelumnya. Namun dari kesalahan itu, baju batik menjadi pakaian identitas Indonesia.
"Pelanggaran itu sekarang jadi kebiasaan baru," sebut Anies.
Ref: Wartaekonomi